Monday, October 20, 2008

Dampak dari Krisis International

Berlomba Meyakinkan Investor

Pemerintah sadar betul ambruknya bursa, akan berdampak negatif bagi perekonomian nasional kedepan. Bahkan bisa terjadi krisis ekonomi kembali. Hal ini karena terjadi dua kata, yaitu “Krisis Kepercayaan”. Oleh karena itu pemerintah melakukan segala cara baik teknis maupun himbauan kepada pasar agar investor tetap yakin alias tidak kepercayaannya tidak hilang.

Mengapa kepercayaan itu penting?. Hal ini karena pasar finansial termasuk saham, digerakkan oleh ekspektasi. Ekspektasi itu berlandaskan dari kepercayaan investor. Misalkan dahulu investor “percaya” harga komoditas akan naik, maka investor memborong saham komoditas sehingga membuat harga saham komoditas membumbung tinggi. Itulah pentingnya kepercayaan dalam menggerakkan bursa.

Pada awal pekan lalu, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih kokoh oleh karena itu investor tidak perlu panik dan melarikan dananya keluar. Akan tetapi langkah ini masih belum berhasil, terbukti IHSG minggu lalu terus terpuruk.

Setelah itu pemerintah memutuskan agar BUMN melakukan buyback saham agar harga saham-saham BUMN tersebut kembali naik dan diharapkan akan membuat IHSG juga ikut naik. Tidak hanya itu pemerintah pun memutuskan akan menjamin dana di masyarakat di perbankan dari Rp 100 Juta hingga Rp 2 Milyar agar masyarakat tidak melakukan rush di perbankan.

Kesemua hal itu ditujukan untuk menjaga agar kepercayaan investor dan masyarakat tidak runtuh. Bila dilihat dari pergerakan IHSG kemarin, langkah-langkah tersebut cukup efektif terbukti dari IHSG yang naik , walaupun hanya tipis.

Kenapa Kepercayaan Begitu Penting ?

Pondasi ekonomi suatu negara yang kuat bisa hancur lebur bila sudah terjadi krisis kepercayaan. Bayangkan saja negara Amerika Serikat (AS) , Eropa, dan berbagai negara maju lainnya yang memiliki pondasi ekonomi sangat mapan bisa mengalami resesi seperti ini. Hal ini karena adanya krisis kepercayaan.

Indonesia juga pernah mengalami hal tersebut pada tahun 1997 silam. Pada saat itu hampir semua ekonom dan pengamat ekonomi mempunyai satu suara yaitu : Ekonomi Indonesia Masih Kokoh, apalagi Indonesia pada saat itu adalah negara dengan julukan “macan Asia”. Tapi tak disangka akhirnya ekonomi Indonesia mengalami krisis yang mungkin saat ini masih belum bisa dikatakan pulih.

Krisis Kepercayaan akan membuat investor melarikan dananya (capital flight). Adanya pelarian dana akan membuat kurs Rupiah melemah. Kurs yang melemah akan berdampak buruk bagi sektor riil. Mengapa? Karena sebagian besar bahan baku masih menggunakan bahan import.

Lalu sebagian besar barang modal dibeli dan dikredit dengan menggunakan dolar. Bila Rupiah melemah maka hutang dan biaya akan semakin meningkat secara Rupiah, padahal pendapatan sebagian besar dari sektor riil dengan Rupiah. Tentu saja bila hal ini terjadi akan membuat sektor riil tertekan.

Melemahnya sektor riil akan membuat sektor keuangan, salah satunya perbankan melemah. Pasalnya melemahnya sektor riil akan membuat daya penyaluran kredit semakin melambat lalu probabilitas kenaikan kredit macet meningkat. Akibatnya sektor perbankan berpotensi mengalami kemunduran kinerja. Hal ini akan menambah keruh suasana dan akan terus menambah krisis kepercayaan. Hasil akhirnya ekonomi akan sangat tertekan.

Oleh karena itu wajar bila pemerintah pontang-panting melakukan berbagai cara agar investor tetap yakin dan percaya kepada perekonomian nasional. Hal ini dilakukan juga karena belajar dari krisis 1997 silam yang dimulai dari adanya krisis kepercayaan.

sumber : VibizNews

No comments:

Post a Comment